DownloadMakalah Zat Gizi Makro Dan Mikro.docx. Type: PDF. Date: August 2020. Size: 168.5KB. This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA. DOWNLOAD PDF DOWNLOAD as DOCX DOWNLOAD zatzat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat-zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada 3 (tiga) fungsi zat gizi dalam tubuh. Gambar 1. Macam - macam zat gizi yang terdapat dalam makanan menurut fungsi utamanya Makanan Zat gizi Zat gizi makro Zat gizi mikro Karbohidrat Lemak Protein Vitamin Mineral MakalahZat Gizi Makro - Assalamu'alaikum semuanya , Pada info kali ini yang diberi judul Makalah Zat Gizi Makro,telah dibagikan di blog ini dengan lengkap dari awal lagi sampai akhir. mudah-mudahan info ini dapat anda pahami dan bermanfaat bagi anda semuanya. Judul : Makalah Zat Gizi Makro Label : Makalah Zat Gizi Makro Download Makalah Zat Gizi Makro Kekuranganakan tiga jenis zat gizi mikro (Micronutrient) seperti iodium, zat besi, dan vitamin A secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia. Beberapa negara menetapkan target untuk menghilangkan kekurangan zat gizi mikro maupun makro pada tahun 2016. Tujuan dasar dari program program zat gizi mikro nasional adalah untuk menjamin Zatgizi makro adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar. Kelompok yang disebut juga dengan makronutrien ini terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Ketiganya menyediakan energi agar dapat beraktivitas dan menjalankan fungsinya. Makronutrien diukur dalam satuan gram, misalnya sekian gram karbohidrat, lemak, atau protein. Abstrak Prevalensi dan Zat Gizi Mikro dalam Penanganan Stunting.Keterlambatan pertumbuhan banyak terjadi di Indonesia terutama pada masa balita yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Malnutrisi yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah stunting.Stunting (pendek) merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis. ViewMAKALAH KUALITAS GIZI MIKRO DAN MAKRO PUBLIC HEA 123.423 at Poltekkes Tanjung Karang. MAKALAH KUALITAS GIZI MIKRO DAN MAKRO NUTRIEN BIOTA LAUT DAN DAMPAK SENYAWA. Study Resources. Main Menu; by School; by Literature Title; by Subject; by Study Guides; yaitudalam satuan gram/orang/hari, sedangkan zat gizi mikro adalah zat gizi yang diperlukan dalam jumlah kecil, yaitu dalam satuan miligram/orang/hari. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak; sedangkan zat gizi mikro terdiri dari berbagai jenis vitamin dan mineral. Pada Kegiatan Belajar 1 ini akan dibahas lebih rinci oZnWuOy. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Zat gizi nutrient adalah bahan-bahan kimia yang diperlukan tubuh untuk hidup, tumbuh, bergerak dan menjaga kesehatannya, dan sumber bahan-bahan kimia itu berasal dari makanan. Zat gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang berbeda. Zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut berbeda-beda antara makanan yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat berupa jenis zat gizi yang terkandung dalam makanan, maupun jumlah dari masing-masing zat gizi. Jumlah zat gizi yang dikenal saat ini sebanyak 45 jenis, dan dikelompokkan menjadi zat gizi makro dan mikro. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada banyak komponen terkait, termasuk sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh kemampuan fisik dan intelegensia yang optimal, dan hal ini erat kaitannya dengan kecukupan gizi yang dimulai sejak masa janin sampai dewasa. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang gizi makro dan gizi mikro yang terdapat dalam berbagai bahan pangan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari 2 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud gizi makro dan gizi mikro? 2. Apa saja macam-macam gizi makro dan gizi mikro? 3. Apa saja contoh penyakit akibat kekurangan dan kelebihan gizi makro dan gizi mikro? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui yang dimaksud gizi makro dan gizi mikro. 2. Untuk mengetahui macam-macam gizi makro dan gizi mikro. 3. Untuk mengetahui contoh penyakit akibat kekurangan gizi makro dan gizi mikro. BAB II PEMBAHASAN 3 A. Pengertian Gizi Makro dan Gizi Mikro Gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. zar gizi makro dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah besar untuk menjalankan fungsinya dalam tubuh. Zat-zat gizi makro terdiri dari zat gizi yang dapat menghasilkan kalori atau energi. Zat – zat gizi yang termasuk ke dalam golongan zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Fungsi utama dari gizi makro itu adalah menyediakan energi, yang dihitung sebagai masing-masing gizi makro itu menyediakan energi, tapi jumlahnya bervariasi. Karbohidat menyediakan 4 kalori per gram, protein 4 sedangkan lemak makro juga memiliki peranan spesifik dalam memelihara tubuh dan berkontribusi pada rasa, tekstur dan penampilan makanan, yang membantu membuat diet jadi lebih bervariasi dan nikmat. Gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin. B. Zat Gizi Makro 1. Karbohidrat a. Pengertian Karohidrat Karbohidrat 'hidrat dari karbon', hidrat arang, atau sakarida dari bahasa YunaniÎŹÎșÏ‡Î±ÏÎżÎœ, sĂĄkcharon, berarti "gula" adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula 4 bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida rangkaian dua monosakarida dan oligosakarida rangkaian beberapa monosakarida. b. Fungsi Karbohidrat 1 Sumber Energi Tubuh Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai pasokan utama energi bagi tubuh. Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori. Keberadaan karbohidrat di dalam tubuh, sebagian ada pada sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi, sebagian terdapat pada hati dan jaringan otot sebagai glikogen, dan sebagian lagi sisanya diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. 2 Melancarkan Sistem Pencernaan Makanan tinggi karbohidrat kaya akan serat yang berfungsi melancarkan sistem pencernaan dan buang air besar. Serat pada makanan dapat membantu mencegah kegemukan, kanker usus besar, diabetes mellitus, dan jantung koroner yang berkaitan dengan kolesterol tinggi. 3 Mengoptimalkan Fungsi Protein Ketika kebutuhan karbohidrat harian tidak terpenuhi, maka tubuh akan mengambil protein sebagai cadangan energi. Akibatnya fungsi protein sebagai zat pembangun tidak optimal. Memenuhi kebutuhan karbohidrat akan membuat protein melaksanakan tugas utamanya sebagai zat pembentuk tubuh. 4 Mengatur Metabolisme Lemak Fungsi karbohidrat lainnya, yaitu sebagai pengatur metabolisme lemak dalam tubuh. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna. 5 Karbohidrat Sebagai Pemanis Alami 5 Karbohidrat juga berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Gula tidak mempunyai rasa manis yang sama, dan Fruktosa adalah jenis gula yang paling manis. c. Klasifikasi karbohidrat 1 Monosakarida Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa. 2 Disakarida dan oligosakarida Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari 2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3 molekul disebut triosa. Sukrosa sakarosa atau gula tebu terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa, dan maltosa terdiri dari 2 molekul glukosa. 3 Polisakarida Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6H10O5n. Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik kerjanya. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan amilum. d. Sumber sumber karbohidrat 1 Beras merah 6 Kandungan tinggi seratnya yang membuat nasi merah dianggap sebagai sumber karbohidrat yang baik dan sehat. Beras merah juga bias mengurangi kolesterol jahat “LDL” tanpa mengurangi kolesterol baik “HDL”. Makan dua porsi atau lebih beras merah juga mengurangi resiko diabetes. 3 Ubi jalar Ubi jalar adalah sumber karbohidrat yang sehat untuk penderita sakit maag, diabetes, masalah berat badan dan radang sendi. Ubi jalar juga kaya akan beta-karoten yang merupakan antioiksidan yang banyak ditemukan pada sayuran berdaun hijau. 4 Kentang, singkong, sagu, gandum, jagung, dll. e. Kelebihan dan Kekurangan Karbohidrat Jika tubuh kelebihan karbohidrat, kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dibawah kulit maupun protein jika diperlukan. Pada proses metabolisme, terdapat jalur metabolisme yang memungkinkan karbohidrat diubah menjadi penyusun lemak atau protein tubuh. Sehingga penyakit yang ditimbulkan berupa kegemukan atau pun obesitas. Sedangkan apabila kekurangan karbohidrat, untuk menghasilkan energi tubuh menggunakan cadangan lemak. Jika cadangan lemak habis, tubuh menggunakan cadangan protein. Dibandingkan karbohidrat, lemak menghasilkan energi lebih besar namun prosesnya lebih lambat. Adapun protein lebih sedikit menghasilkan energi. Damapak yang ditimbulkan seperti kekurusan pada tubuh. 2. Lemak a. Pengertian Lemak Lemak bahasa Inggris fat merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang 7 larut di dalam lemak contohnya A, D, E, dan K, monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid termasuk di dalamnya getah dan steroid dan lain-lain. a. Fungsi Lemak 1 Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak. 1 gram lemak menghasilkan kjoule atau 9,3 kcal. 2 Lemak mempunyai fungsi selular dan komponen struktural pada membran sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi menjalankan aliran air, ion dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam sel. 3 Menopang fungsi senyawa organik sebagai penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan steroid hormon dan kelenjar empedu. 4 Menjadi suspensi bagi vitamin A, D, E dan K yang berguna untuk proses biologis 5 Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat. c. Sumber Lemak 1 Sumber lemak nabati a Alpukat. Di dalam satu buah alpukat dengan ukuran sedang terdapat 22 gram lemak tak jenuh. b Kacang kenari. Di dalam kacang kenari yang nikmat terkandung lemak tak jenuh yang dapat berguna untuk kesehatan otak, mencegah kanker serta anti inflamasi c Tumbuhan laut. Krill dan alga merupakan tumbuhan laut yang memiliki kandungan asam lemak dalam omega 3. Kandungan tersebut dapat mengurangi kadar kolesterol jahat tanpa mengurangi kadar kolesterol baik 8 d Minyak kelapa. Memiliki kandungan asam laurat. Yang selain terdapat pada minyak kelapa, asam laurat juga terdapat pada ASI. Berguna untuk menangkal virus jahat e Kacang kedelai. Kandungan protein, vitamin, serta lemak pada kacang kedelai mampu mencegah penyakit kolesterol 2 Sumber lemak hewani a Daging. Meski beresiko kanker karena kandungan lemak jenuhnya, namun daging sapi merupakan penyumbang lemak terbesar dari sumber hewani b Ikan laut. Beberapa jenis ikan seperti salmon, sarden dan tuna memiliki kandungan lemak jenuh dan omega 3 yang baik untuk perkembangan otak c Telur. Selain mengandung protein tinggi, telur juga mempunyai kandungan lemak pada bagian putihnya d Susu. Susu sapi mempunyai lemak dengan kadar sedangkan susu kambing mempunyai d. Akibat Kelebihan Lemak Dalam Tubuh 1 Obesitas Seluruh tipe lemak yang masuk kedalam badan sanggup menjadi yaitu lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, lemak jenuh & lemak trans. Bermacam-macam tipe sumber lemak yang konsisten menumpuk dalam badan tak sanggup difungsikan seluruhnya oleh badan. Akibatnya sehingga lemak bisa tetap menumpuk dalam jaringan badan di beraneka tempat. 9 2 Kerusakan dinding arteri Mengkonsumsi lemak jenuh berlebihan dapat menciptakan kandungan kolesterol dalam darah meningkat. Aspek ini pula dapat memebrikan resiko jelek buat arteri jantung. 3 Meningkatkan dampak kanker Pola makan yang jelek seperti terlampaui tidak sedikit konsumsi lemak & tak konsumsi makanan yang kaya akan serat dengan baik dapat memicu tumbuhnya sel kanker di bermacam macam organ badan. 4 Sembelit Orang yang terbiasa konsumsi beraneka ragam makanan yang mengandung lemak tinggi mampu mempengaruhi system kerja organ badan. Akibat yangg paling egampang terjadi ialah kendala kepada organ pencernaan seperti usus & perut. 5 Kerusakan otak Mengkonsumsi bermacam macam kategori makanan yang mengandung lemak sanggup menyebabkan kerusakan otak, sebab kandungan lemak jenuh mampu merusak sektor hipotalamus. 6 Kolesterol tinggi Mengkonsumsi beraneka lemak mampu meningkatkan kandungan kolesterol dalam badan. Koletserol yang tinggi mampu menyebabkan beragam masalah seperti kerusakan arteri, penumpukan plak kepada pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah & bermacam macam kategori efek penyakit jantung. e. Akibat Kekurangan Lemak dalam Tubuh Apabila kekurangan lemak, maka dapat menimbulkan depresi, dyslexia anak yang sulit membca, sulit konsentrasi, autis, merasa lelah, daya ingat yang lemah dan masalah pada perilaku. 3. Protein a. Pengertian Protein 10 Protein asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama" adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomerasam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838. b. Fungsi Protein 1 Membantu dan mendorong pertumbuhan dan memelihara susunan/struktur tubuh dari sel, jaringan hingga ke organ-organ tubuh. 2 Protein sebagai sumber karbohidrat. 3 Membantu tubuh dalam melawan, menghancurkan dan menetralkan zat-zat dari luar atau asing yang masuk di dalam tubuh. 4 Protein berfungsi sebagai penyediaan energi bagi tubuh. 5 Protein berfungsi sebagai asupan diet dan rendah gula. 6 Memelihara dan menjaga keseimbangan asam basa dan cairan tubuh karna protein juga berfungsi sebagai buffer penahan. 7 Mengatur dan menjalankan metabolisme tubuh karna protein sebagai enzim artinya protein mengaktifkan dan masuk kedalam reaksi kimia. 8 Protein juga berfungsi sebagai biokatalisator c. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Protein Bagi Tubuh 1 Akibat Kekurangan Protein a Kwashiorkor Istilah Kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun 1933, ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua 11 hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih, sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih. Ciri khas dari Kwashiorkor yaitu terjadinya edema di perut, kaki dan Kwashiorkor erat kaitannya dengan albumin pasien penderita kwashiorkor gambaran klinik anak sangat berbeda. Berat badan tidak terlalu rendah, bahkan dapat tertutup oleh adanya edema, sehingga penurunan berat badan relatif tidak terlalu jauh, tetapi bila pengobatan edema menghilang, maka berat badan yang rendah akan mulai menampakkan diri. Biasanya berat badan tersebut tidak sampai di bawah 60 % dari berat badan standar bagi umur yang sesuai. b Marasmus Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting umumnya merupakan penyakit pada bayi 12 bulan pertama, karena terlambat di beri makanan ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena berpengaruh dalam waktu yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. d. Akibat Kelebihan Protein Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini di 12 lihat pada bayi yang di beri susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. C. Zat Gizi Mikro 1. Vitamin Funk dalam bukunya The Etiology of Deficiency Disease yang diterbitkan pada tahun 1912 mengusulkan nama vitamine untuk faktorfaktor zat aktif tersebut. Vita berarti esensial untuk untuk kehidupan, sedangkan faktor anti beri-beri yang diduga berperan tersebut adalah suatu ikatan amine. Pada tahun 1920 istilah vitamine diganti menjadi vitamin karena zat-zat antifaktor tersebut ternyata tidak selalu dalam bentuk ikatan amine. Usul perubahan nama ini datang dari Drummond, yang juga mengusulkan pemberian nomenklatur menurut abjad. Penemuan vitamin A oleh McCollum dan Davis pada tahun 1913 menandakan era vitamin dalam penelitian gizi. Vitamin kemudian diakui sebagai zat gizi yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan, yang mudah diperoleh dari susunan makanan yang bervariasi . Vitamin diberi nama menurut abjad A, B, C, D, E, dan K. Vitamin B ternyata terdiri dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian membedakan vitamin dalam dua kelompok; 1 vitamin larut dalam lemak vitamin A, D, E, dan K dan 2 vitamin larut dalam air vitamin B dan C. a. Vitamin Larut Lemak 1 Vitamin A Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol. Vitamin A bagus untuk pengelihatan kita. Jika kita mengalami defisit vitamin A, kita akan mengalami yang namanya rabun senja atau istilah medisnya 13 xeroftalmia. Sumber vitamin A banyak pada buah dan sayur yang berwarna terang seperti wortel dan apel. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, dan mentega. Sumber lainnya yaitu sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwana kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Gejala-gejala mata pada defisit vitamin A disebut xeroftalmia. 2 Vitamin D Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat disintesis di dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan. Bahan makanan yang kaya akan vitamin D ialah susu. Defisit vitamin D memberikan penyakit rakhitis rickets atau disebut pula penyakit Inggris karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negara Inggris. 3 Vitamin E Berbagai biji-bijian merupakan sumber kaya vitamin E. Khususnya biji yang sudah berkecambah dikenal mengandung vitamin E dalam konsentrasi tinggi. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit, yang dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan vitamin E. Vitamin E merupakan vitamin yang bagus untuk kulit dan untuk kesuburan. Sumber utama vitamin E bisa kita dapatkan pada kacang-kacangan atau kecambah. Defisit vitamin E bisa mengakibatkan kemandulan. 4 Vitamin K 14 Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan sayuran lain. Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi pendarahan. b. Vitamin Larut Air 1 Vitamin C Pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat, vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. Defisit vitamin C memberi gejala-gejala penyakit skorbut. Kerusakan terutama terjadi pada jaringan rongga mulut, pembuluh darah kapiler dan jaringan tulang. Vitamin C bisa di dapatkan dari buah-buahan seperti jeruk, nanas, dan buah dengan rasa asam lainnya. Defisit vitamin C menyebabkan penyakit skorbut atau sering kita bilang sariawan. 2 Vitamin B Sumber utama vitamin B adalah beras dan serealia. Defisit vitamin B menyebabkan penyakit beri-beri. Vitamin B bisa kita dapatkan dari beras atau sereal. Pada beras, vitamin B ada pada selaputnya. Itulah alasannya kenapa kalau kita mencuci beras jangan terlalu bersih, karena kandungan vitamin B yang ada pada beras akan hilang. Defisit vitamin B mengakibatkan terjadinya beri-beri. 2. Air dan Cairan Tubuh Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian 15 utama tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa-lemak lean body mass. Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Pada proses menua manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%. Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular. Kandungan air tubuh relatif berbeda antarmanusia, bergantung pada proporsi jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung relatif lebih banyak otot mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air atlet lebih banyak daripada nonatlet, kandungan air pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada orang tua. Sel-sel yang aktif secara metabolik, seperti selsel otot dan visera alat-alat yang terdapat dalam rongga badan, seperti paru-paru, jantung, dan jeroan mempunyai konsentrasi air paling tinggi, sedangkan sel-sel jaringan tulang dan gigi paling rendah. Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu a. Pelarut zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan mengangkut sisa metabolisme b. Katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel c. Pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh d. Fasilitator pertumbuhan atau sebagai zat pembangun e. Pengatur suhu karena kemampuan air menyalurkan panas f. Peredam benturan dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan. 3. Mineral Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam seldarah merah, dan iodium dari hormon tiroksin. Di samping itu mineral berperang dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas 16 enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengatur pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari antara lain natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur. Fungsi dari mineral makro berperan dalam keseimbangan cairan tubuh, untuk transmisi saraf dan kontraksi otot, memberi bentuk struktur kepada tulang, dan memegang peranan khusus di dalam tubuh. Sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari antara lain besi, seng, iodium, selenium, flour, molibdenum, dan kobal. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini di kenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah ini setiap waktu bisa berubah. D. Penyakit Akibat Kekurangan dan Kelebihan Gizi Makro dan Mikro Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut 1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein KKP Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya anak Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut kurang kalori dan protein. 17 Jenis KKP atau PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu a Kwashiorkor Kata “kwashiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. b Marasmus Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kuruskering. Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya. Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi sumber energi” sumber kalori seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh protein maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus. c Marasmus-Kwashiorkor Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar protein Albumin dalam darah, kulit mongering dan kusam serta otot menjadi lemah. 2. Busung Lapar Busung lapar atau bengkak lapar dikenal juga dengan istilah Honger Oedeem HO adalah kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar 18 disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung oleh karenanya disebut busung lapar. Penderita busung lapar biasanya menderita penyakit penyerta. Misalnya dari 12 anak balita di Kabupaten Cirebon, tiga di antaranya menderita tuberkulosis, satu hydrocephalus kepala besar, dan satu meningitis radang selaput otak. 3. Penyakit kegemukan Obesitas Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus. Anonymous,2008 4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GAKI Beberapa akibat defisiensi kekurangan iodium antara lain a Pembesaran kelenjar tiroid gondok. b Kreatin yaitu kekurangan iodium berlanjut ditandai ukuran tubuh pendek, kulit kasar berwarna kekuningan, raut muka seperti orang bodoh, mulut terbuka dan hidung besar. c Myxdema ditandai dengan pertumbuhan tulang yang terhambat sehingga pendek, perut buncit, kulit kering dan rambut rontok dan banyak lemak yang tertimbun pada kulit. d Abortus Kematian ibu dan Anak. 5. Xerophthalmia buta senja Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A defisiensi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. 19 6. Osteoporosis. Para peneliti menduga, kelebihan vitamin A memicu aktivitas osteoclast, yakni sel yang menguraikan tulang. Juga diperkirakan, kelebihan vitamin A memicu korelasi timbal balik dengan vitamin D, yang memainkan peranan penting dalam pembentukan tulang. Akibatnya terjadi osteoporosis. 7. Beri-beri Penyakit ini disebabkan karena kekurangan theamin vitamin B1 yang ditandai dengan kurangnya sesuatu yang dapat dirasakan atau gatal pada ibu jari kaki serta telapak kaki, lutut terasa seakan-akan kaku dan refleknya tidak ada, nyeri, kejang, sulit berjalan yang dapat menimbulkan kelumpuhan kaki dengan atrofi otot kaki. 8. Pellegra Pellegra disebabkan karena defisiensi vitamin B3 yang ditandai dengan gejala bengkak, kulit merekah atau pecah, mulut dan lidah bengkak, gangguan mental, pening, sakit kepala, lemah otot, dan rendah gula dalam darah. 9. Rakhitis Penyakit ini disebabkan karena defisiensi kalsium dan vitamin D yang dapat menyebabkan tulang panjang akan membengkok pada bagian yang menderita beban tubuh, lutut gemetar dan kaki bengkak. 10. Anemia Penyakit ini dapat disebabkan karena defisiensi besi kekurangan zat besi, dan defisiensi vitamin B12 yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang. 20 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Zat gizi nutrient merupakan unsur – unsur yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi, dan mengganti jaringan rusak, memproduksi subtansi tertentu misalnya enzim, hormon dan antibodi. Menurut banyaknya konsumsi yang kita lakukan, zat gizi dibagi menjadi gizi makro dan gizi mikro. Gizi makro adalah zat gizi yang paling besar di perlukan oleh tubuh kita, terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan, gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, terdiri dari mineral dan vitamin. Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat gizi saling berhubungan erat sekali, sehingga terdapat saling ketergantungan. Gangguan atau hambatan pada metabolisme sesuatu zat gizi akan memberikan pula gangguan atau hambatan pada metabolisme zat gizi lainnya Achmad, 2010. 21 Kekurangan dan kelebihan zat gizi dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit. Apapun bentuk zat gizi, bila dalam jumlah cukup dan seimbang, tentu akan bermanfaat. Gizi baik akan dicapai dengan memberi makanan yang seimbang dengan tubuh menurut kebutuhan. B. Saran Zat gizi yang terdapat dalam berbagai bahan pangan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari, yang terdiri dari zat gizi makro berupa karbohidrat, lemak, dan protein harus dipenuhi secara cukup dan seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Hal tersebut harus diperhatikan agar tubuh tidak kekurangan dan kelebihan salah satu zat gizi. Untuk memenuhi gizi yang cukup dan seimbang, kita tidak boleh bergantung pada satu jenis pangan saja, melainkan harus mengkonsumsi makanan yang beragam jenisnya karena konsumsi gizi seimbang pada seseorang akan menentukan tercapainya tingkat kesehatan. Hal ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah, petugas kesehatan, maupun masyarakat agar selalu memperhatikan tingkat pemenuhan gizi setiap individu. Sehingga, masalah gizi yang terjadi dapat berkurang dan teratasi. 22 DAFTAR PUSTAKA Teenagers are a group of ranges experiencing nutritional problems. Nutrition problems that often occur in adolescents are lack of nutrient intake which can trigger chronic energy deficiency CED and anemia as a result of iron deficiency. The purpose of the study was to analyze the relationship of macro nutrient intake, iron intake, hemoglobin levels to the risk of chronic energy deficiency. This study uses a case-control design, which was carried out on 72 Muhammadiyah 1 Palembang high school students consisting of 36 at risk of CED and 36 at no risk of CED. Data on macro-nutrient intake and Fe intake were obtained from the calculation of Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, Hemoglobin content data using the quick check method, and CED data through measurement of mid-upper arm circumference MUAC. Data analysis using the Chi-square test at CI95%. The results showed that there was a significant relationship between energy consumption and macronutrient intake p=0,004, protein p=0,004, fat p=0,031, and iron intake p=0,000 with the risk of young female CED. The absorption of macro and micronutrients influences. The conclusion, the risk of CED in adolescent girls. Suggestions, education and interventions need to be done related to the importance of paying attention to the nutritional status of adolescent girls. Remaja merupakan kelompok rentang mengalami masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat besi. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin terhadap risiko kurang energi kronis. Metode penelitian survei analitik dengan desain secara kasus kontrol. Penelitian dilakukan pada 72 siswi SMA Muhammadiyah 1 Palembang terdiri 36 berisiko KEK dan 36 tidak KEK. Data asupan zat gizi makro dan asupan Fe diperoleh dari perhitungan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, data kadar Haemoglobin menggunakan metode quick cek, dan data KEK melalui pengukuran lingkar lengan atas LiLA. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada CI95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara asupan z\at gizi makro energi p=0,004, protein p=0,004, lemak p=0,031 dan asupan zat besi p=0,000 dengan risiko KEK remaja putri. Kesimpulan, Risiko KEK pada remaja putri dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro dan mikro. Saran, perlu dilakukan edukasi dan intervensi terkait pentingnya memperhatikan status gizi remaja putri. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal AcTion Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 51 80-86 © The Authors. 2020 Open Access Artikel ini telah didistribusikan berdasarkan atas ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Attribution ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, ASUPAN ZAT BESI, KADAR HAEMOGLOBIN DAN RISIKO KURANG ENERGI KRONIS PADA REMAJA PUTRI Intake of macro nutrition, iron intake, haemoglobin levels and chronic energy deficiency risk in female adolescents Imelda Telisa1, Eliza2 1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang, Jln. Sukabangun 1 Palembang, Indonesia. E-mail imeldatelisa 2Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang, Jln. Sukabangun 1 Palembang, Indonesia. E-mail eliza_limar Received 5/2/2020 Accepted 5/3/2020 Published online 20/5/2020 ABSTRAK Remaja merupakan kelompok rentang mengalami masalah gizi. Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat besi. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin terhadap risiko kurang energi kronis. Metode penelitian survei analitik dengan desain secara kasus kontrol. Penelitian dilakukan pada 72 siswi SMA Muhammadiyah 1 Palembang terdiri 36 berisiko KEK dan 36 tidak KEK. Data asupan zat gizi makro dan asupan Fe diperoleh dari perhitungan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, data kadar Haemoglobin menggunakan metode quick cek, dan data KEK melalui pengukuran lingkar lengan atas LiLA. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada CI95%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara asupan z\at gizi makro energi p=0,004, protein p=0,004, lemak p=0,031 dan asupan zat besi p=0,000 dengan risiko KEK remaja putri. Kesimpulan, Risiko KEK pada remaja putri dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro dan mikro. Saran, perlu dilakukan edukasi dan intervensi terkait pentingnya memperhatikan status gizi remaja putri. Kata kunci Haemoglobin, kurang energi kronis, remaja putri, zat besi, zat gizi makro ABSTRACT Teenagers are a group of ranges experiencing nutritional problems. Nutrition problems that often occur in adolescents are lack of nutrient intake which can trigger chronic energy deficiency CED and anemia as a result of iron deficiency. The purpose of the study was to analyze Penulis untuk korespondensi imeldatelisa the relationship of macro nutrient intake, iron intake, hemoglobin levels to the risk of chronic energy deficiency. This study uses a case-control design, which was carried out on 72 Muhammadiyah 1 Palembang high school students consisting of 36 at risk of CED and 36 at no risk of CED. Data on macro-nutrient intake and Fe intake were obtained from the calculation of Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire SQ-FFQ, Hemoglobin content data using the quick check method, and CED data through measurement of mid-upper arm circumference MUAC. Data analysis using the Chi-square test at CI95%. The results showed that there was a significant relationship between energy consumption and macronutrient intake p=0,004, protein p=0,004, fat p=0,031, and iron intake p=0,000 with the risk of young female CED. The absorption of macro and micronutrients influences. The conclusion, the risk of CED in adolescent girls. Suggestions, education and interventions need to be done related to the importance of paying attention to the nutritional status of adolescent girls. Keywords Haemoglobin, chronic energy deficiency, female adolescents, iron, macronutrient PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa terjadinya masalah gizi yang sangat spesifik. Interaksi hormon kompleks yang diperlukan untuk perkembangan pubertas yang normal, pertumbuhan linier, dan terjadinya perubahan perkembangan saraf tidak dapat terjadi tanpa adanya nutrisi yang Remaja sangat rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi, kecelakaan, defisiensi nutrisi, pertumbuhan yang kurang optimal serta Asupan Zat Gizi Makro, Zat Besi, Kadar Hb, dan Status KEK pada Remaja... Jurnal AcTion Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 kekurangan gizi yang merupakan masalah Pola makan dan aktivitas fisik pada remaja sangat mempengaruhi kesehatan dan kecukupan asupan zat gizinya. Kebutuhan zat gizi berupa energi, protein, zat besi, kalsium dan yang lainnya meningkat pada masa remaja untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan zat gizi yang dapat memicu terjadinya kurang energi kronis KEK serta anemia sebagai akibat kekurangan zat Kekurangan energi kronis KEK merupakan suatu kondisi di mana remaja putri atau perempuan mengalami kekurangan gizi energi dan protein yang terjadi dalam waktu yang lama atau bahkan bertahun-tahun. Risiko KEK adalah suatu kondisi di mana remaja putri atau perempuan memiliki kecenderungan untuk menderita KEK. Seseorang didiagnosis memiliki risiko KEK adalah ketika lingkar lengan tengah atas 0,05 compared to the control group. The weight of the treatment group increased significantly p=0,008; 3,93±2,78kg compared to the control group. The BMI of the treatment group increased significantly after 90 days of intervention p= 0,000; 0,74± The level of compliance of the subjects included in the high category >70%. Still, there was no correlation between the level of adherence to high milk consumption with weight gain and subject status. In conclusion, high protein milk can increase energy and protein intake, affecting weight gain and improvement in children aged 15-17 Waryana Almira SitasariDanissa Wulan FebritasantiCommunity-based interventions to overcome chronic energy malnutrition among women of childbearing age and pregnant women can be done with communication, education, and information. Video can be useful for education purpose. The goal of this study was to determine whether video may have different effect to knowledge and attitude on preventing energy malnutrition among teenage girls compared to food model intervention. The Research a quasi experiment with pre-post test with control group design was conducted in Tridadi Village, Sleman in May 2018. Teenage girls in intervention group were asked to view video specifically developed for the study. Knowledge and attitude on energy malnutrition was assessed right after the intervention. Data were analyzed using paired and independent t-test. The results a total of 54 teenage girls completed the study. The pretest average score on knowledge was 7,09 in the control group, and 7,70 in the intervention group. The pretest average score of attitudes was 24,11 in the control group and 25,00 in the intervention group. While the post test average score on knowledge was 7,37 in the control group and 8,44 in the intervention group. The average post test score of attitude was 26,70 in the control group and 28,38 in the treatment group. The results showed that video intervention has different effect on knowledge p= 0,00 and attitude p= 0,01 on chronic energy malnutrition prevention compared to education with food model. Conclusion, there are difference knowledge and attitude between video intervention group and food model education group on chronic energy malnutrition prevention among teenage girls. Intervensi melalui pendekatan komunitas untuk penanggulangan kekurangan energi kronis KEK pada wanita usia subur dan ibu hamil dapat dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Intervensi video dapat menjadi alternatif pemecahan masalah tersebut khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan KEK pada remaja putri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam pencegahan kurang energi kronik KEK antara yang diintervensi penyuluhan dengan media video dan dengan food model. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan pre-post test with control group design. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Remaja putri pada kelompok intervensi diberikan perlakuan menonton video yang sebelumnya telah dikembangkan untuk studi ini. Pengetahuan dan sikap dinilai setelah proses menonton video Analisis data menggunakan independent sample t- test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian media video terhadap perubahan pengetahuan p= 0,00 namun tidak pada sikap pencegahan kurang energi kronis p= 0,01. Kesimpulan, terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri antara grup media video dan grup media food model dalam edukasi tentang pencegahan kurang energi kronik pada remaja putri. Arisanty RestutiYoswenita SusindraKebutuhan zat besi pada remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja putra, disebabkan remaja putri rutin mengalami menstruasi, sehingga remaja putri lebih rentan menderita anemia. Kebiasaan makan yang salah pada remaja putri merupakan penyebab anemia. Anemia gizi pada remaja putri dapat berakibat menurunnya kesehatan reproduksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada remaja penelitian ini cross sectional Penelitian dilakukan di SMK Mahfilud Duror II Jelbuk pada bulan September sampai November tahun 2016. Pengambilan sampel dengan mengunakan metode accidental sampling. Kriteria inklusi yaitu remaja putri usia 14 – 18 tahun, tidak sedang menstruasi, tidak mengkonsumsi tablet Fe. Data yang dipakai adalah data asupan yang diperoleh dari hasil perhitungan food recall 2 1 x 24 jam, data status gizi diperoleh dari perhitungan tinggi badan dan berat badan kemudian diukur indeks massa tubuh IMT bedasarkan usia, serta data anemia didapatkan hasil pemeriksaan darah metode quick cek Hb. Data diuji menggunakan uji penelitian didapatkan dari 109 siswi, 71 orang yang masuk kriteria inklusi, sedangkan 38 orang tereklusi karena sedang menstruasi. Uji hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia didapatkan p = 0,36 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan, sedangkan uji hubungan antara asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin C didapatkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori Konsumsijunk food merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi tertentu meskipun status gizi Norma YusinthaAdriyanto AdriyantoBackground In Indonesia, underweight and overweight is a problem that is still common in adolescent girl. Many factors that determine the nutritional status of adolescent girl such as eating behavior and body image. Changes in eating behavior in adolescent girl are caused they have a negative body image. Adolescent girl want to have a tall and slim body. Objective This study was conducted to analyze the relationship between eating behavior and body image with nutritional status of adolescent girl aged 15-18 years. Methods This study was an observational analytic study using cross sectional design on 93 adolescent girl who selected by simple random sampling. The data were collected using an Adolescent’ Food Habit Checklist AFHC questionnaire, body image generated using a Body Shape Questionnaire BSQ questionnaire, and anthropometric data. Results The results showed that most adolescent girl had good eating behavior 57%, positive body image and normal nutritional status 72%. There was a relationship between eating behavior p= and body image p= with nutritional status of adolescent girl. Conclusion Adolescent girl who have good eating behavior and positive body image have good nutritional status. Adolescent girl are expected to serve out good eating behavior such as getting breakfast and often consume vegetables and fruits to create a good nutritional status as well. ABSTRAK Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi lebih adalah masalah yang masih sering terjadi di usia remaja terutama pada remaja putri. Banyak faktor yang menentukan status gizi remaja putri seperti perilaku makan dan citra tubuh. Perubahan perilaku makan pada remaja putri dikarenakan mereka memiliki citra tubuh yang negatif. Remaja putri ingin memiliki tubuh yang tinggi dan langsing. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara perilaku makan dan citra tubuh dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun. Metode Penelitian ini adalah observasional analitik menggunakan studi cross sectional pada 93 remaja putri yang dipilih secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan adalah terkait perilaku makan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist AFHC, citra tubuh yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire BSQ, dan data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan. Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja putri memiliki perilaku makan yang baik 57%, citra tubuh positif 80,6%, dan status gizi normal 72%. Terdapat hubungan antara perilaku makan p=0,013 dan citra tubuh p=0,002 dengan status gizi remaja putri usia 15-18 tahun. Kesimpulan Remaja putri yang memiliki perilaku makan yang baik dan citra tubuh positif memiliki status gizi yang baik. Remaja putri diharapkan dapat menjalani perilaku makan yang baik seperti membiasakan sarapan dan sering mengonsumsi sayur dan buah agar tercipta status gizi yang baik Basith Rismia AgustinaNoor DianiABSTRAKAnemia merupakan kondisi yang banyak terjadi pada remaja putri, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti status gizi, menstruasi dan sosial ekonomi. Anemia bisa menyebabkan seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh dan mengakibatkan tubuh mudah terkena masalah kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 4 Banjarbaru. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan anemia ialah lama menstruasi p=0,003, panjang siklus menstruasi p=0,004, tingkat pendidikan orang tua ibu p=0,000, dan tingkat pendapatan orang tua p=0,000. Faktor yang tidak berhubungan dengan anemia adalah status gizi p =0,064. Lama dan panjang siklus menstruasi yang tidak normal dapat menyebabkan terjadinya anemia, dikarenakan darah yang dikeluarkaan akan lebih banyak dari jumlah normalnya. Tingkat pendidikan ibu dan pendapatan orag tua yang rendah akan menyebabkan terjadinya anemia dikarenakan pemenuhan kebutuhan anak yang kurang. Kata-kata kunci anemia, faktor-faktor anemia, remaja putri. ABSTRACTAnemia is a condition which is more common in adolescent girls, which can be caused by various factors such as nutritional status, menstruation, and socioeconomic. Anemia can cause a person to experience a decrease in the immune system and causes the body susceptible to health problems. The objective of this study was to determine the factors associated with the incidence of anemia among adolescent girls in SMP Negeri 4 Banjarbaru. The study results show that factor associated with anemia are period of menstruation p = the length of the menstrual cycle p = education level of parents mother p = and the income level of parents p = , The factor which is not associated with anemia is nutritional status p = The period and length of abnormal menstrual cycle can cause anemia because blood removed will be more than the normal amount. Mother's education level and parents’ low income will lead to anemia due to lack of children’s needs fulfillment. Keywords anemia, anemia factors, teenage SyahwalZulfiana DewiProgram Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi tidak selalu berhasil karena prevalensi anemia tidak banyak menurun, hal tersebut disebabkan antara lain penerimaan compliance suplemen yang rendah. Tujuan penelitian mempelajari perbedaan Hb remaja putri yang mendapatkan Snack Bar SB dan Suplemen Fe SF. Penelitian ini adalah eksperimen dengan sampel remaja putri dengan Hb < 12 g/dl yang terbagi dalam 3 kelompok kontrol SF, P1 SB dan SF dan P2 SB, dengan anggota kelompok minimal 15 orang, analisis menggunakan uji t-test. Hasil penelitan rerata Hb sebelum intervensi Ob0 ; Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl, sedangkan sesudah intervensi Ob1 ; Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl. Ada perbedaan Hb Ob0 dan Ob1 pada semua kelompok p = Terjadi peningkatan Hb Ob0 dan Ob1 pada semua kelompok, dengan rerata Kontrol = g/dl, P1 = g/dl dan P2 = g/dl. Terdapat perbedaan rerata perubahan Hb diantara P1 dengan Kontrol dan P2 p = antara Kontrol dengan P2 tidak berbeda p= Rerata Hb 1 bulan pasca intevensi Ob2 mengalami kenaikan dibandingkan Ob1. Kenaikan tertinggi pada P1 ; g/dl, sementara P2 ; g/dl dan kontrol; g/dl. Tidak berbeda kenaikan Hb diantara kelompok penelitian setelah Ob2. Kombinasi SB dan SF mampu meningkatkan Hb lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara pemberian SB tidak berbeda dengan SF dalam meningkatkan Hb remaja yang anemia. Kata kunci Hemoglobin, snack bar, suplemen fe, remaja putri Prevention and Control Program Iron Deficiency Anemia is not always successful because of the prevalence of anemia did not decline significantly, it is caused, among others, acceptance compliance supplement low. The research objective studies the differences in Hb girls who get Snack Bar SB and iron Supplements SF. This study is an experiment with a sample of young women with HbBackground Adolescents, comprised of 10-19 year olds, form the largest generation of young people in our history. There are an estimated billion adolescents in the world, with 90% residing in low- and middle-income countries. The burden of disease among adolescents has its origins in infectious and injury-related causes, but nutritional deficiencies, suboptimal linear growth, and undernutrition are major public health problems, even as overweight may be on the rise in many contexts. Summary and Key Messages Girls are most vulnerable to the influences of cultural and gender norms, which often discriminate against them. Dietary patterns and physical activity, in addition to schooling and countervailing social norms for early marriage, influence health and nutritional well-being of adolescents. Nutrient requirements - -including those for energy, protein, iron, calcium, and -others - increase in adolescence to support adequate growth and development. In settings where dietary intakes are suboptimal, anemia and micronutrient deficiencies are high. Endocrine factors are essential for promoting normal adolescent growth and are sensitive to undernutrition. Growth velocity increases during puberty when peak height velocity occurs and catch-up is possible; in girls, about 15-25% of adult height is attained. A premature pregnancy can halt linear growth and increase the risk of adverse birth outcomes. Research is needed to fill the huge data gaps related to nutrition and growth during adolescence, in addition to testing interventions during this second window of opportunity to enhance growth and development, improve human capital, and to end the intergenerational cycle of growth Eva AriyaniEndang Laksmining Achadi Anies IrawatiLingkar lengan atas LiLA telah digunakan sebagai indikator proksi terhadap risiko kekurangan energi kronis KEK untuk ibu hamil di Indonesia karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu hamil. Selama ini, ambang batas LiLA yang digunakan adalah 23,5 cm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas LiLA terhadap indeks massa tubuh IMT yang merupakan indikator yang lebih baik untuk mengetahui status gizi wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 pada perempuan dewasa usia 20 – 45 tahun di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini ialah ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di Indonesia berada pada titik 24,95 cm Se = 85%; Sp = 75%. Terdapat perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm, terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur 23,95 cm dan tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo 25,95 cm. LiLA mempunyai korelasi yang kuat r = 0,67; nilai p < 0,000 dengan IMT. Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 – 45 tahun, sementara 23,5 cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi. Kata kunci Lingkar lengan atas, indeks massa tubuh, kekurangan energi kronis Abstract Mid-upper arm circumference has been used in Indonesia as an proxy indicator of chronic energy malnutrition risk for pregnant women because there isn’t any data of prepregnancy weight in most of pregnant women. The boundary used was 23,5 cm. The objective of the study is to validate the current boundary related to body mass index BMI indicator, which is believed as a better indicator in identifying women nutritional status. The study is using Riset Kesehatan Dasar 2007 data on Indonesian adult women aged 20 – 45 years old. The study found the boundary is 24,95 cm for detecting chronic energy malnutrition risk among adult women Se = 85%; Sp = 75%. There are differences among provinces but not more than 2 cm, the lowest is in Nusa Tenggara Timur 23,95 cm and the highest is in North Sulawesi and Gorontalo 25,95 cm. Mid upper arm circumference has a strong relation to BMI r = 0,67; p value < 0,000. It is recommended to use mid-upper arm circumference boundary 24,95 cm to detect chronic energy malnutrition on 20 – 45 years old women and 23,5 cm to pregnancy outcome, baby morbidity, and mortality. Key words Mid-upper arm circumference, body mass index, chronic energy deficiencyDea IndartantiApoina KartiniLatar Belakang Masalah gizi yang biasa dialami remaja salah satunya adalah anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin Hb lebih rendah dari nilai normal, yang ditandai dengan lesu, pusing, mata berkunang-kunang, dan wajah pucat, sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Metode Penelitian dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang dengan desain penelitian cross-sectional. Subjek 90 remaja putri yang dipilih secara consecutive sampling. Kadar hemoglobin diukur menggunakan metode Cyanmethemoglobin, pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan microtoise. Asupan protein, zat besi, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagai variabel perancu diperoleh dengan metode Semi Food Frequency Questionnaire FFQ kemudian dihitung dengan nutrisoft. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square kemudian dilanjutkan analisis multivariat dengan uji regresi Hasil penelitian diperoleh 1,1% subyek memiliki status gizi sangat kurus, 3,3% kurus, 73,3% normal, 15,6% overweight, 6,7% obesitas dan sebanyak 26,7% mengalami anemia. Rerata kadar hemoglobin 12,6 ± 1,29 SD dan rerata nilai z-score berdasarkan IMT/U adalah 0,97 ± 1,18 SD. Dilihat dari asupan diketahui bahwa sebanyak 63,3% siswi yang asupan zat besinya kurang dari kebutuhan, sedangkan asupan protein, vitamin C, vitamin B12 dan folat sebagian besar sudah dalam kategori cukup. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri p=0,289. Ada hubungan asupan zat besi p=0,000 dan asupan folat p=0,006 dengan kejadian anemia. Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan variabel asupan zat besi yang berpengaruh terhadap anemia p<0,05.Simpulan Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja NovaRahmita YantiKetidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh mendapat asupan zat gizi yang ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro dan pengetahuan gizi dengan status gizi pada siswa AN-NUR Kota Padang tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Section Study. Analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingka kepercayaan 95%. Hasil penelitian distribusi frekuensi status gizi 28,1% berstatus tidak normal dan 71,9% berstatus gizi normal, distribusi frekuensi asupan energi terdapat 93% yang memiliki asupan energi cukup dan 7% yang memiliki asupan energi kurang, distribusi frekuensi asupan protein terdapat 94,7% yang memiliki asupan protein cukup dan 5,3% yang memiliki asupan protein kurang, distribusi frekuensi asupan lemak terdapat 64,9% yang memiliki asupan lemak cukup dan 35,1% yang memiliki asupan lemak kurang, distribusi frekuensi asupan karbohidrat terdapat 94,7% yang memiliki asupan karbohidrat cukup dan 5,3% yang memiliki asupan karbohidrat kurang, distribusi frekuensi pengetahuan terdapat 94,7% yang berpengetahuan gizi tinggi dan 5,3% berpengetahuan gizi rendah. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara asupan zat gizi makro dan pengetahuan gizi dengan status gizi pada siswa AN-NUR Kota Padang tahun 2018. Untuk penelitian lebih lanjut dalam mempertahankan status gizi yang optimal diharapkan kepada siswa lebih memperhatikan pola makan yang seimbang dan memakan makanan yang bervariasi setiap harinyaAdolescence is the period of development that begins at puberty and ends in early adulthood. Most commonly, adolescence is divided into three developmental periods early adolescence 10–14 years of age, late adolescence 15–19 years of age, and young adulthood 20–24 years of age. Adolescence is marked by physical and sexual maturation, social and economic independence, development of identity, acquisition of skills needed to carry out adult relationships and roles, and the capacity for abstract reasoning. Adolescence is characterized by a rapid pace of growth that is second only to that of infancy. Nutrition and the adolescent transition are closely intertwined, since eating patterns and behaviors are influenced by many factors, including peer influences, parental modeling, food availability, food preferences, cost, convenience, personal and cultural beliefs, mass media, and body image. Here, we describe the physiology, metabolism, and nutritional requirements for adolescents and pregnant adolescents, as well as nutrition-related behavior and current trends in adolescent nutrition. We conclude with thoughts on the implications for nutrition interventions and priority areas that would require further investigation. Type PDF Date August 2020 Size This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA DOWNLOAD as PDF DOWNLOAD as DOCX DOWNLOAD as PPTX This is a non-profit website to share the knowledge. To maintain this website, we need your help. A small donation will help us alot.